Hati adalah anugerah Allah subhanahu wata’ala yang
sangat berharga bagi manusia. Allah subhanahu wata’ala menamakan
hati dengan istilah qalbun.karena sifatnya yang sangat mudah
berbolak-balik. Sangat cepat berubah jika ada sesuatu yang mempengaruhinya.
Hati juga diibaratkan seperti raja semua anggota badan
akan tunduk pada perintahnya. Oleh sebab itu, jika kondisi hati sehat dan baik,
maka ia akan memimpin seluruh anggota badan dengan baik. Sebaliknya, jika hati
buruk dan berpenyakit, maka ia akan memimpin seluruh anggota badan ke arah yang
buruk dan rusak.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
sebagaimana diriwayatkan oleh imam al-Bukhari, tertulis dalam kitab Shahih
al-Bukhari, hadits nomor 52,
أَلَا إِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً،
إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ
كُلُّهُ؛ أَلَا وَهِيَ القَلْبُ
“Ingatlah sesungguhnya di dalam jasad terdapat
segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik maka baik pula seluruh jasad,
namun apabila segumpal daging itu rusak maka rusak pula seluruh jasad.
Perhatikanlah, bahwa segumpal daging itu adalah hati!” (HR. Al-Bukhari No.
52)
Maka, tugas kita menjaga hati tetep baik dan sehat.
Ada lima tanda untuk mengenali apakah hati kita sedang
sakit atau tidak.
Pertama: Sulit memahami tujuan hidup
Allah subhanahu wata’ala menciptakan
manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Hati yang sakit akan kesulitan susah
untuk diajak kepada Allah
Allah subhanahu wata’ala berfirman
dalam surat al-Furqan ayat 43,
اَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ
هَوٰىهُۗ اَفَاَنْتَ تَكُوْنُ عَلَيْهِ وَكِيْلًا ۙ
“Sudahkah engkau (Muhammad) melihat
orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Apakah engkau
akan menjadi pelindungnya?” (QS.
Al-Furqan: 43)
Maksud dari “menjadikan hawa nafsunya sebagai
tuhannya” adalah orang yang ketika hawa nafsunya menginginkan sesuatu, ia akan
selalu menurutinya. Sehingga ia menjalani hari-harinya di dunia ini selayak
binatang ternak; ia tidak kenal siapa penciptanya, ia tidak kenal ibadah, tidak
kenal perintah dan larangan.
Allah subhanahu wata’ala berfirman
dalam surat al-An’am ayat 12,
يَتَمَتَّعُوْنَ وَيَأْكُلُوْنَ كَمَا
تَأْكُلُ الْاَنْعَامُ
“Menikmati kesenangan (dunia) dan
mereka makan seperti hewan makan.” (QS. Al-An’am: 12)
Maka, jika pada diri kita mulai merasakan hal seperti
ini, kita patut khawatir jangan-jangan hati kita sedang dalam kondisi yang
tidak baik-baik saja.
Kedua: Tidak merasa sakit oleh perbuatan
maksiat
Fitrahnya kondisi hati itu bersih. Selayak bersihnya
air jernih di dalam gelas. Ketika ada noda setitik yang jatuh ke dalam air
jernih tersebut, tentu akan sangat kontras dan mengotori kejernihan air.
Begitu pula dengan hati. Hati yang masih jernih dan
sehat akan sangat sensitif sekali dengan noktah dosa dan maksiat.
Sedikit saja mengarah kepada dosa dan maksiat, maka
hati akan merespons dengan penolakan. Hati akan segera mengambil langkah untuk
menyingkirkan noda dosa dan maksiat tersebut dengan tobat dan istighfar.
وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا
فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا
لِذُنُوْبِهِمْۗ
“Dan (juga) orang-orang
yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat
Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya.” (QS.
Ali Imran: 135)
Sebaliknya, ketika mata memandang, kaki melangkah,
tangan bergerak, pikiran melayang pada hal-hal yang mengarah kepada dosa dan
maksiat, namun tidak muncul perasaan menolak atau keinginan untuk
menyingkirkannya, maka kita patut curiga, jangan-jangan ini adalah tanda
penyakit hati. Hati kita sedang sakit.
Ketiga: Tidak merasakan sakit dengan
kebodohan diri terhadap kebenaran
Hati yang sehat dan baik akan merasakan sinyal berupa
sakit dengan perkara-perkara syubhat yang menjangkiti dirinya. Ia akan
merasakan sakit dengan kebodohan terhadap kebenaran dan keyakinan-keyakinan
batil yang menjangkiti dirinya.
Sahl bin Abdullah at-Tustari, salah seorang ahli zuhud
yang digelari oleh Imam adz-Dzahabi dengan gelar Syaikhul ‘Arifin menyatakan,
مَا عُصِيَ اللهُ بِمَعْصِيَةٍ أَعْظَمُ
مِنَ الْجَهْلِ
“Allah tidak pernah dimaksiati dengan sebuah
kemaksiatan yang lebih besar dari kebodohan.” (Husnu at-Tanabbuh li ma
Warada fi at-Tasyabbuh, Najmuddin al-Ghazi asy-Syafii, 10/326)
Keempat: Mulai beralih ke sajian yang
beracun dan berbahaya
Hati yang sehat akan senantiasa cinta terhadap apa
yang dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala dan rasul-Nya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman
dalam surat al-Hujurat ayat 7,
وَلٰكِنَّ اللّٰهَ حَبَّبَ اِلَيْكُمُ
الْاِيْمَانَ وَزَيَّنَهٗ فِيْ قُلُوْبِكُمْ وَكَرَّهَ اِلَيْكُمُ الْكُفْرَ
وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ
“Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan
dan menjadikan (iman) itu indah dalam hatimu serta
menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan.” (QS.
Al-Hujurat: 7)
Sebaliknya, hati yang sakit akan cenderung kepada
hal-hal yang dibenci oleh Allah subhanahu wata’ala dan
rasul-Nya yang terkemas dalam berbagai macam bentuk kemaksiatan seperti
berpaling dari mendengarkan bacaan al-Quran kepada mendengarkan musik-dan
nyanyian yang terlarang, berpaling dari memenuhi panggilan azan kepada ajakan
untuk perbuatan zina atau hura-hura, dan lain sebagainya.
Jika suatu saat nanti merasakan seperti ini, maka kita
patut waspada, jangan-jangan hati kita sedang dalam kondisi sakit yang harus
segera diobati.
Kelima: Merasa sangat nyaman dengan dunia
dan tidak peduli dengan akhirat
Sehingga, setiap detik kesempatan yang dimiliki hanya
digunakan untuk mengejar dunia dan memenuhi keinginan hawa nafsu.
Hati yang sehat tentu menyadari bahwa dunia ini fana.
Kematian di ujung usia itu adalah kematian selayak pintu untuk menuju kehidupan
yang sebenarnya. Yaitu alam akhirat yang kekal.
Allah subhanahu wata’ala berfirman
dalam surat al-Ankabut ayat 64,
وَمَا هٰذِهِ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ
اِلَّا لَهْوٌ وَّلَعِبٌۗ
“Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan
permainan.” (QS.
Al-‘Ankabut: 64)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
sebagaimana diriwayatkan oleh imam al-Bukhari, tertulis dalam kitab Shahih
al-Bukhari, hadits nomor 6416,
كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ
غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ
“Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing
atau pengembara.” (HR. Al-Bukhari No. 6416)
Maka, mari periksa diri kita masing-masing. Apakah
kita merasa terlalu nyaman dengan kehidupan di dunia ini yang diiringi dengan
rasa tidak peduli dengan urusan akhirat, maka kita patut curiga, jangan-jangan
hati kita sedang dalam keadaan sakit yang perlu segera untuk diobati.
Lirik Maula Ya Sholli Wasallim Daiman Abada
مَوْلَايَ صَلِّ وَسَلِّمْ دَائِمًا أَبَدًا
عَلىٰ حـَبِيْبِكَ خـَيْرِ الْخَلْقِ كًلِّهِمِ
هُوَ الْحَبِيْبُ الَّذِيْ تُرْجٰی شَفَاعَتُهٗ
لِکُلِّ هَوْلٍ مِنَ الْأَهْوَالِ مُقْتَحِمِ
يَارَبِّ بِالْمُصْطَفٰی بَلِغْ مَقَا صِدَنَا
وَاغْفِرْلَنَا مَامَضٰی يَاوَاسِعَ الْكَرَمِ
Astaghfirullah rabbal baroya
Astaghfirullah minal khotoya
Robbi zidni ‘ilman naafi’a
Wawafiqni amalan sholiha
Ya Rosulullah, salamun alaik
Ya rafi’a syaani wadaroji
Athfatayyaji rotal ‘alami
Ya uhailalju diwal karomi
Ngawiti ingsun nglaras syi’iran
Kelawan muji maring Pangeran
Kang paring rohmat lan kenikmatan
Rino wengine tanpo pitungan
Duh bolo konco priyo wanito
Ojo mung ngaji syareat bloko
Gur pinter ndongeng nulis lan moco
Tembe mburine bakal sengsoro
Akeh kang apal Qur’an lan Haditse
Seneng ngafirke marang liyane
Kafire dewe dak digatekke
Yen isih kotor ati akale
Gampang kabujuk nafsu angkoro
Ing pepaese gebyare ndunyo
Iri lan meri sugihe tonggo
Mulo atine peteng lan nisto
Ayo sedulur jo nglalekake
Wajibe ngaji sak pranatane
Nggo ngandelake iman tauhide
Baguse sangu mulyo matine
Kang aran sholeh bagus atine
Kerono mapan seri ngelmune
Laku thoriqot lan ma’rifate
Ugo haqiqot maning rasane
Al–Qur’an qodim wahyu minulyo
Tanpo tinulis biso diwoco
Iku wejangan guru waskito
Den tancepake ing jero dodo
Kumantil ati lan pikiran
Mrasuk ing badan kabeh jerone
Mu’jizat Rosul dadi pedoman
Minongko dalan manjinge iman
Kelawan Alloh Kang Moho Suci
Kudu rangkulan rino lan wengi
Ditirakati diriyadohi
Dzikir lan suluk jo nganti lali
Uripe ayem rumongso aman
Dununge roso tondo yen iman
Sabar narimo najan pas – pasan
Kabeh tinakdir saking Pangeran
Kelawan konco dulur lan tonggo
Kang podho rukun ojo dursilo
Iku sunahe Rosul kang mulyo
Nabi Muhammad panutan kito
Ayo nglakoni sekabehane
Alloh kang bakal ngangkat drajate
Senajan asor toto dhohire
Ananging mulyo maqom drajate
Lamun palastro ing pungkasane
Ora kesasar roh lan sukmane
Den gadang Alloh swargo manggone
Utuh mayite uge ulese
Arti Lirik Syiir Tanpo Waton atau Sholawat
Gus Dur
Aku memuali menyanyikan syiir
Dengan memuji kepada Tuhan
Yang memberi rahmat dan keselamatan
Siang dan malam tanpa perhitungan
Wahai sahabat pria wanita
Jangan hanya belajar syariat saja
Hanya pintar mendongeng, menulis dan
membaca
Nanti akhirnya hanya sengsara
Banyak yang hafal Al – Qur’an dan
Haditsnya
Suka mengkafirkan orang lain
Kafirnya sendiri tidak diperhatikan
Kalau masih kotor hati dan akalnya
Mudah terbujuk nafsu angkara
Dalam gemerlap hiasan dunia
Iri dan dengki kekayaan tetangga
Maka hatinya gelap dan nista
Mari saudara jangan melupakan
Kewajiban belajar dan aturannya
Untuk menebalkan iman dan tauhid
Bagusnya bekal mulia matinya
Yang disebut orang sholeh bagus hatinya
Karena sempurna seri keilmuannya
Melakukan thoriqot dan ma’rifata
Juga hakikat meresap rasanya
Al – Qur’an qodim wahyu yang mulia
Tanpa ditulis bisa dibaca
Itu pesan guru waskita
Ditancapkan di dalam dada
Menempel di hati dan pikiran
Merasuk ke dalam badan dan tubuh
Mukjizat Rosul (Al –Qur’an) jadi pedoman
Sebagai jalan masuknya iman
Kepada Allah Yang Maha Suci
Harus mendekatkan diri siang dan malam
Diusahakan dan dilatih
Dzikir dan suluk jangan sampai dilupakan
Hidupnya tenteram dan merasa aman
Itulah perasaan tanda beriman
Sabar menerima meskipun hidup pas – pasan
Semua sudah ditakdirkan dari Tuhan
Terhadap teman, saudara dan tetangga
Rukunlah jangan bertengkar
Itu sunnahnya Rasul yang mulia
Nabi Muhammad panutan kita
Ayo menjalankan semua
Alah yang akan mengangkat derajatnya
Meskipun rendah secara lahiriyah
Namun mulia kedudukan derajatnya di sisi
Allah
Ketika ajal telah datang di akhir
Tidak tersesat roh dan sukma raganya
Disanjung Allah surga tempatnya
Utuh lengkap jasadnya juga kain kafannya