Peringatan Hari Guru menjadi momentum penghormatan untuk para pendidik yang telah berperan besar membangun karakter bangsa.
Pemilihan tanggal 5 Oktober berkaitan dengan momen lahirnya Rekomendasi ILO/UNESCO tahun 1966 tentang Status Guru, yang menjadi pijakan penting dalam perlindungan profesi guru secara global.
Di Indonesia, Hari Guru Nasional (HGN) diperingati setiap 25 November. Penetapan ini didasarkan pada Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994 sebagai bentuk apresiasi terhadap jasa para guru di tanah air. Tanggal ini juga bertepatan dengan berdirinya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) pada 25 November 1945. Karena itu, Hari Guru Nasional juga menjadi peringatan hari ulang tahun PGRI.
Sementara itu, menurut UNESCO, Hari Guru Sedunia atau World Teachers Day diperingati setiap 5 Oktober. Peringatan ini diinisiasi UNESCO bersama ILO, UNICEF, dan Educational International (EI) sejak 1994.Pemilihan tanggal 5 Oktober berkaitan dengan momen lahirnya Rekomendasi ILO/UNESCO tahun 1966 tentang Status Guru, yang menjadi pijakan penting dalam perlindungan profesi guru secara global.
Perbedaan Hari Guru Nasional dan Hari Guru Sedunia Mengutip Kemendikdasmen, Hari Guru Nasional setiap 25 November merupakan wujud penghormatan bagi guru dan tenaga kependidikan (GTK) di Indonesia. Guru dipandang sebagai pilar penting dalam pembangunan karakter dan sumber daya manusia yang unggul.
Di sisi lain, Hari Guru Sedunia lebih bersifat global. Peringatan ini menyoroti peran guru dalam mengubah dunia pendidikan, sekaligus menjadi refleksi mengenai dukungan yang dibutuhkan profesi guru di masa depan. Hari Guru Sedunia telah diinisiasi sejak 1966 dan mulai diperingati secara resmi pada 1994.
Sejarah Lahirnya Hari Guru Nasional Awal mula peringatan Hari Guru Nasional berkaitan erat dengan berdirinya PGRI pada 25 November 1945. Pada masa itu, guru-guru Indonesia menyadari pentingnya memiliki wadah perjuangan demi pendidikan nasional. Sebelum PGRI terbentuk, terdapat berbagai organisasi guru seperti PGHB, PGI, hingga kelompok guru berbasis agama dan daerah. Setelah Indonesia merdeka, seluruh organisasi tersebut melebur menjadi satu, yaitu PGRI.
Para guru saat itu menolak diskriminasi pada masa penjajahan dan bertekad memperjuangkan kemerdekaan pendidikan. Semangat inilah yang kemudian melatarbelakangi penetapan 25 November sebagai Hari Guru Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994.
Tema HGN 2025 Kemenag: “Merawat Semesta dengan Cinta.”
Dalam pandangan Islam, guru dianggap sebagai warasatul anbiya atau pewaris para nabi, yang tugasnya adalah mengisi pikiran dengan ilmu sekaligus menumbuhkan kesadaran moral serta meluruskan cara berpikir generasi penerus.
Menurut beliau, tugas hakiki seorang guru adalah menuntun generasi agar memiliki nurani yang menjadi pijakan dalam setiap pikiran dan tindakan, sebab “Ilmu tanpa iman akan kehilangan arah moral.”
Pandangan ini disampaikan Menag saat membuka acara Kick Off HGN 2025 di UIN Syekh Nurjati Cirebon pada 12 November 2025.
Filosofi di balik logo HGN 2025 semakin memperkuat pesan tema utamanya.
Logo tersebut mengambil bentuk dasar lingkaran, yang secara universal melambangkan kesempurnaan ciptaan, keharmonisan semesta, dan kesinambungan kehidupan.
Di dalam lingkaran tersebut, penggambaran bumi diwarnai dengan hijau dan biru, masing-masing memiliki makna yang mendalam.
Warna hijau merepresentasikan kehidupan, cinta terhadap tanah air, serta komitmen terhadap kepedulian ekologis.
Sementara itu, warna biru melambangkan keluasan horizon ilmu pengetahuan, kedalaman spiritualitas, serta ketenangan batin.
Kedua warna ini menyampaikan pesan bahwa esensi pendidikan sejati tidak berhenti pada pengembangan akal semata, tetapi juga meresap ke dalam jiwa untuk memupuk kesadaran mencintai bumi dan seluruh isinya.
Sejarah Lahirnya Hari Guru Nasional Awal mula peringatan Hari Guru Nasional berkaitan erat dengan berdirinya PGRI pada 25 November 1945. Pada masa itu, guru-guru Indonesia menyadari pentingnya memiliki wadah perjuangan demi pendidikan nasional. Sebelum PGRI terbentuk, terdapat berbagai organisasi guru seperti PGHB, PGI, hingga kelompok guru berbasis agama dan daerah. Setelah Indonesia merdeka, seluruh organisasi tersebut melebur menjadi satu, yaitu PGRI.
Para guru saat itu menolak diskriminasi pada masa penjajahan dan bertekad memperjuangkan kemerdekaan pendidikan. Semangat inilah yang kemudian melatarbelakangi penetapan 25 November sebagai Hari Guru Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994.
Tema HGN 2025 Kemenag: “Merawat Semesta dengan Cinta.”
Dalam pandangan Islam, guru dianggap sebagai warasatul anbiya atau pewaris para nabi, yang tugasnya adalah mengisi pikiran dengan ilmu sekaligus menumbuhkan kesadaran moral serta meluruskan cara berpikir generasi penerus.
Menurut beliau, tugas hakiki seorang guru adalah menuntun generasi agar memiliki nurani yang menjadi pijakan dalam setiap pikiran dan tindakan, sebab “Ilmu tanpa iman akan kehilangan arah moral.”
Pandangan ini disampaikan Menag saat membuka acara Kick Off HGN 2025 di UIN Syekh Nurjati Cirebon pada 12 November 2025.
Filosofi di balik logo HGN 2025 semakin memperkuat pesan tema utamanya.
Logo tersebut mengambil bentuk dasar lingkaran, yang secara universal melambangkan kesempurnaan ciptaan, keharmonisan semesta, dan kesinambungan kehidupan.
Di dalam lingkaran tersebut, penggambaran bumi diwarnai dengan hijau dan biru, masing-masing memiliki makna yang mendalam.
Warna hijau merepresentasikan kehidupan, cinta terhadap tanah air, serta komitmen terhadap kepedulian ekologis.
Sementara itu, warna biru melambangkan keluasan horizon ilmu pengetahuan, kedalaman spiritualitas, serta ketenangan batin.
Kedua warna ini menyampaikan pesan bahwa esensi pendidikan sejati tidak berhenti pada pengembangan akal semata, tetapi juga meresap ke dalam jiwa untuk memupuk kesadaran mencintai bumi dan seluruh isinya.
jangan hannya pandai ilmu umum dan agama tapi hati dan lisan kita warnai dg sifat rohman
Meskipun Ibnu Muljam Hafal Alquran, Bertaqwa, dan Rajin Beribadah, tetapi semua itu tidak bermanfaat baginya.
Dia Mati dalam Kondisi Su’ul Khatimah, tidak membawa Iman dan Islam, akibat kedangkalan Ilmu Agama yang dimilikinya dan tidak adanya welas asih terhadap sesama.
Dia Mati dalam Kondisi Su’ul Khatimah, tidak membawa Iman dan Islam, akibat kedangkalan Ilmu Agama yang dimilikinya dan tidak adanya welas asih terhadap sesama.
Bukti “Merawat Semesta dengan Cinta.” di MA DARMA
1. KBM Di Mulai dg lingkungan kelas yang bersih.
2. Membunag sampah didahuli dengan memilah
3. Biopori ada meskipun sudah buntet
4. tgl 28 sd 30 menamam pohon