Materi Seminar 1 "Mengenal Disruptife Pada Era Digitalisasi"


Kata Disrupsi menurut KBBI artinya adalah hal tercabut dari akarnya. Kata ini pertama kali diperkenalkan oleh Clayton Christensen pada tahun 1997 dalam bukunya yang berjudul “The Innovator’s Dilemma”.

Mencuatnya era disrupsi disaat teknologi informasi dan digital berkembang dengan pesat. Contoh sederhana era disrupsi yaitu munculnya konflik antara ojek pangkalan dengan ojek online, taksi konvensional dengan taksi online, marketplace online yang menggusur sedikit demi sedikit marketpalce konvensional karena munculnya smartphone atau telepone pintar. 
Era disrupsi ini tidak bisa dianggap remeh karena bisa saja, toko, perusahaan, usaha" lainnya atau bahkan lembaga pendidikan sekalipun yang menjadi tanggung jawab kita bisa tergusur, menjadi korban akibat dari munculnya fenomena disrupsi ini. Langkah" yang harus kita tempuh agar tidak tergilas bahkan kita bisa menjadi pengendali di era ini adalah sebagai berikut :

1. Jangan pernah berhenti berinovasi
Masyarakat atau peserta didik memiliki selera yang terus berubah seiring perkembangan zaman. Lalu, apakah lembaga pendidikan kita dapat memberhentikan perubahan selera masyarakat tersebut? Tentu tidak. Justru lembaga pendidikan kita yang harus dapat berinovasi menyesuaikan dengan kebutuhan atau minat masyarakat saat ini, yaitu mengikuti perubahan zaman. Karena perubahan tersebut akan terus terjadi. Jika tidak, lembaga kita seiring berjalnnya waktu akan ditinggalkan oleh masyarkat secara perlahan-lahan. Contoh kongkrinya seperti produk Nokia, Kodak dan Black Berry yang udah ditinggalkan masyarakat beralih ke produk baru yang selaras dengan perkembangan zaman.

2. Manfaatkan teknologi yang ada
Adanya perkembangan teknologi digital membuat masyarakat memiliki kemampuan secara luas untuk mengakses dan memilah-milah lembaga pendidikan mana  menawarkan berbagai layanan mulai dari segi biaya, mutu kualitas lembaga, prestasi" yang dicapai dan berbagai keunggulan lainnya yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak" mereka. Oleh karena itu, sudah seharusnya lembaga pendidikan kita memanfaatkan dan melakukan strategi adopsi teknologi digital untuk meningkatkan mutu dan kualitas lembaga kita. Ditambah lagi kualitas masyarakat saat ini dari waktu ke waktu sudah didominasi oleh generasi melenial dan Generasi X, atau generasi yang akrab dengan kemajuan teknologi, sehingga sistem teknologi digital menjadi salah satu faktor atau cara bagi mereka, untuk menentukan lembaga pendidikan mana yang akan mereka pilih.

3. Jangan pernah merasa puas terhadap apa yang telah dicapai
Setiap lembaga pendidikan memiliki siklusnya masing-masing. yaitu siklus, introduction (perkenalan), growth (pertumbuhan), maturity (pematangan), dan decline (penurunan). Jadi, ketika lembaga kita sedang dalam tahapan growth, kita jangan terlalu berpuas diri. Sebab di saat itu, lembaga-lembaga lain akan mulai mampu menarik minat masyarakat melalui layanan, keunggulan dan prestasi baru yang mereka hasilkan, seiring dengan perkembangan zaman.
Dan perlu untuk diingat, merasa cepat puas dapat menurunkan kemampuan lembaga kita untuk tetap bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman. Banyak sekali lembaga pendidikan mengembangkan promosi atau layanannya, dari yang semula ditampilkan secara konvensional cetak, berubah menjadi bentuk online atau berbasis digital. Oleh sebab itu, penting bagi lembaga kita untuk memahami literasi digital, dalam menghadapi perubahan baru ke arah lebih canggih dan modern. Selain mengenal era disrupsi.

4. Ciptakan layanan yang “Customer Oriented”
Suatu hal yang penting pada lembaga pendidikan era disrupsi ini, adalah menyediakan berbagai layanan yang berorientasi pada konsumen (masyarakat atau peserta didik). Sejatinya baik masyarakat, peserta didik atau pendidik dan karyawan, keduanya adalah aspek yang penting bagi suatu lembaga pendidikan, yang bisa digunakan untuk membuat strategi-strategi layanan yang lebih efektif dan efisien. Investasi tidak hanya dalam bentuk fisik lembaga, tetapi investasi juga bisa dilakukan dalam bentuk peningkatan suber daya manusia. Yaitu dengan memberikan program pelatihan yang baik mengenai custumer oriented, program latihan karakter yang dapat membentuk pribadi seseorang haus ilmu dan kemajuan, sehingga dapat terus beradaptasi dengan kemajuan teknologi, transformasi digital, dan siap menghadapi ancaman yang akan datang. Dengan demikian, lembaga pendidikan kita dapat menciptakan layanan yang efektive  efisien.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan 4

Iklan 5

Contact Form