أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا
رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ وَمَا
Artinya: “Dan tidak saya utus Engkau ( Ya Muhammad) kecuali
sebagai rahmat bagi seluruh alam. (QS. Al Anbiya : 107)
Rahmat
Allah SWT sebagai bentuk kasih sayang Sang Khalik kepada seluruh makhluk
ciptaanya dan Rohmat Allah begitu luas terbentang untuk seluruh makhluknya tanpa
terkecuali.
Syaikh
Muhammad Ali Ash Shabuni dalam kitabnya Shafwatut
Tafaasir memaparkan dua sifat dari rahmat Allah yang
ada dalam surat al-Fatihah, yakni ar-Rahman dan ar-Rahiim.
Ar-Rahman Sebagai bentuk
rahmat atau kasih sayang Allah untuk seluruh mahkluknya baik mukmin maupun
kafir, yang bisa terputus terbatas di dunia saja. Rahmat ini bersifat
Jasadiyyah Badaniyyah Dunyawiyyah (rahmat fisik duniawi), seperti pemberian
makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan lain-lain.
Sedangkan
Ar-Rahiim sebagai bentuk
rahmat kasih sayang Allah yang kekal dan berkelanjutan hingga akhirat dan
dikhususkan untuk hamba yang mukmin semata. Bersifat Imaniyah Dinniyah yaitu
berupa ketaatan untuk menjalankan perintah Allah dan diakhirat dimulyakan
dengan masuk ke surga selamat dari neraka.
Hal ini didasarkan pada firman Allah QS. Al Ahzab : 43
وَ الَّذِي
يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى
النُّورِ ۚ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا
“Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya
(memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan
kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang
yang beriman.”(QS. Aal-Ahzab (33) : 43).
Faktor penentu masuk ke dalam surga bagi seorang hamba adalah rahmat dan karunia Allah SWT. Bukan amalnya. Akan tetapi amal pula yang bisa menjadi penyebab
datangnya rahmat dan karunia Allah SWT.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW
عَنْ
جَابِرٍ ، قَالَ : سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،
يَقُولُ : لَا يُدْخِلُ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ ، وَلَا يُجِيرُهُ
مِنَ النَّارِ ، وَلَا أَنَا ، إِلَّا بِرَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ
Jabir
berkata, aku mendengar Nabi SAW bersabda, "Tidak seorang pun dari kalian
yang dimasukkan surga oleh amalnya dan tidak juga diselamatkan dari neraka
karenanya, tidak juga aku kecuali karena rahmat dari Allah." (HR Muslim).
Ini semua mengandung hikmah agar kita tidak terjebak oleh
tipu daya syaitan, membanggakan amal” yang telah kita lakukan, sehingga menumbuhkan
rasa bangga diri dan sombong. Yang mana rasa ujub dan takabbur terhadap amal yg
kita lakukan bisa menjauhkan diri kita jauh dari rahmat Allah.
Imam
Ibnu Athaillah dalam Kita al-Hikam menegaskan bahwa,
"Maksiat yang melahirkan rasa hina pada dirimu hingga engkau menjadi butuh
kepada Allah, itu lebih baik daripada taat yang menimbulkan perasaan mulia,
membanggakan dirimu dan sombong."
Banyak
sekali teladan yang diberikan oleh Allah beserta Rasulullah, para sahabatnya
dan ulamak yang berhubungan dengan hal ihwal rohmat dan kasih sayang Allah.
Sebagaimana
Firman Allah dalam Alqur’an Al A’rof : 56
وَلَا
تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ
اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ
Artinya : Dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah
kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat
dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.
Begitu Juga Dengan Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
الرَّاحِمُونَ
يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ، ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي
السَّمَاء
Artinya :Orang-orang yang
yang biasa mengasihi akan dikasihi oleh Allah. Sayangilah oleh kalian semua
yang ada di bumi, agar kalian disayangi oleh apa yang di langit. HR. Tirmidzi
no.1924 dan yang yang lainnya. Dishahihkan oleh al-Albani. Majmu' Fatawa Ibnu
Baz 13/71-72
Para Ulama’pun mengabadikan
kisah” yang berhubungan dengan
rahmat Allah dalam kitab”nya, diantaranya dalam kitab Usfuriyyah karya
Syekh Muhammad bin Abu Bakar.
Dikisahkan...
sepeninggallanya Amirul Mukminin Kholifah Umar Ibnu Khotob ada seorang
ulama’ bertemu dengan umar dalam mimpinya, kemudian ulama tersebut bertanya
“Wahai amirul Mu’minin apa yang dilakukan oleh Allah terhadapmu” “Allah telah melimpahkan
rohmat dan pengampunannya kepadaku” jawab Umar. “Apa yang menyebabkan engkat
mendapatkan pengampunan dari Allah wahai amirul mukminin? Apa karena kedermawan
atau zuhudmu?” “Tidak” jawab umar. “Apa karena keadilanmu atau keberanianmu
atau karena kemampuanmu memisahkan
antara kebenaran dan kebatilan hinngga engkau dijuluki
Umar Al Faruq,” tannya ulamak tersebut penasaran. Umarpun tetap menggelengkan
kepala. Kemudian umar bercerita... “Tak lama setelah aku
dikuburkan dan orang” meninggalkanku sendirian, datanglah kepadaku dua malaikat
yang sangat menyeramkan wujudnya. tubuhku gemetaran begitu melihat keduanya.
Keduanya lantas mendudukkan, dan hendak
menanyaiku. Namun, tiba-tiba aku mendengar suara gaib berkata, ‘Tinggalkanlah
hamba-Ku ini dan jangan kalian berdua menakutinya! Sesungguhnya Aku
menyayanginya dan telah kuampuni dosa-dosanya. Sebab, di dunia dulu ia
menyayangi seekor burung, sehingga Aku pun menyayanginya di akhirat ini.'”
Untuk diketahui, semasa hidupnya umar
pernah menyelamtakan burung emprit yang sedang dipermainkan dijadikan bidikan oleh seorang anak. Umar pun menaruh rasa iba pada burung emprit tersebut. Umar membelinya lantas, burung tersebut ia lepaskan.
Begitu juga dalam Kitab Nashaihul Ibad karya Imam Nawawi Albantani mengisahkan Sayyidul Mushannifin, Hujjatul Islam Imam Alghozali memiliki kisah menarik bersama seekor lalat. pada saat sang hujjatul islam menulis kitab tiba-tiba hinggaplah lalat yang tampak kehausan diujung penanya. Karena iba Imam al-Ghazali membiarkan saja lalat itu meminum tintanya sampai puas..
Inilah
yang membuat Allah ridha sehingga turunnya rahmad Allah padanya bukan karena
kealiman dan kearifan atau karya”nya yang monumental tetapi karena adanya kasih
sayang dalam hatinya terhadap makhluk Allah meskipun seekor lalat.